Selasa, 14 Desember 2010

makalah pendidikan ilmu lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Lingkungan merupakan suatu tatanan ruang yang melingkupi maklhuk hidup. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup ataupun hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam mata kuliah ekologi, kita berkepentingan untuk mengetahui interaksi yang terjadi dalam suatu ekosistem.
Pada pengamatan kali ini, kami melakukan pengamatan di kawasan hutan pinus di daerah Palutungan Kuningan untuk mengamati komponen-kompoenen yang terdapat di kawasan tersebut baik itu komponen biotik, maupun komponen abiotiknya. Sehingga dapat diamati adanya interaksi yang terjalin di kawasan tersebut.
Selain untuk mengetahui komponen yang ada di kawasan tersebut, kami melakukan pengamatan ini juga untuk mengetahui bentuk pola-pola interkasi yang terjadi antara suatu jenis makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya, hingga terbentuknya suatu system hubungan yang saling terkait. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan yang saling menguntungkan, hubungan yang menguntungkan untuk salah satu saja sedangkan yang lainnya tidak terpengaruh, atau hubungan yang menguntungkan bagi satu pihak dan merugikan bagi pihak yang lainnya. Setelah kita mengetahui pola interaksi yang terjadi, maka dampak dari hubungan atau interaksi tersebut dapat kita ketahui juga.

B. Tujuan.
1. Untuk dapat mendeskripsikan karakteristik hutan pinus dan kawaan pertanian yang ada di daerah Palutungan Kuningan.
2. Untuk dapat mendeskripsikan karakteristik kawasan sungai atau ekosistem sungai yang ada di daerah Palutungan Kuningan.
3. Untuk dapat mengidentifikasi pola interaksi pada ekosistem yang berada di lokasi pengamatan (kawasan pinus, pertanian, dan perairan) yang ada di daerah Palutungan Kuningan.

C. Tugas Observasi.
1. Mengidentifikasi karakteristik hutan pinus, karakteristik meliputi lingkungan alamiah, seperti struktur tumbuhan tingkat rendah dan tingkat tinggi, dominasi hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi.
2. Mengidentifikasi karakteristik kawasan pertanian, karakteristik meliputi lingkungan alamiah, seperti struktur tumbuhan tingkat rendah dan tingkat tinggi, dominasi hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi.
3. Mengidentifikasi pola interaksi yang terjadi pada ekosistem :
a. Hutan pinus
b. Pertanian
c. Sungai/perairan (kolam, situ, dll yang ditemukan saat observasi)
d. Perbukitan
e. Pemukiman
4. Memprediksi dan mempresentasikan mengenai keragaman :
a. Jenis
b. Kepadatan
c. Dominasi











BAB II
HASIL OBSERVASI

A. Kawasan Pemukiman.
Pada kegiatan observasi kali ini, kami mengambil lokasi di kawasan Palutungan yang berada di Kuningan. Observasi yang pertama kali kami lakukan adalah di kawasan pemukiman yang ada di daerah Palutungan, karena kawasan pemukiman lokasinya berada di daerah paling bawah. Berdasarkan dari pengamatan yang telah kami lakukan populasi atau kepadatan penduduk disana relative tinggi dengan luas kawsan atau lokasi yang tidak terlalu luas. Pada saat kami melakukan perjalanan di sekitar kawasan pemukiman, bangungan-bangunan rumah penduduk berdiri rapat. Saluran pembuangan limbah rumah tangga mereka yang berupa limbah cair dibuang melalui sebuah parit kecil. Parit kecil tersebut mengalir dari atas bukit sampai ke pemukiman, karena digunakan juga sebagai irigasi untuk mengairi lahan pertanian mereka. Di bawah ini adalah gambar sebuah parit kecil tempat pembuangan limbah warga.

 
Parit kecil penuh sampah Parit dekat areal pertanian

Di kawasan pemukiman, kami menemukan adanya beberapa jenis rumput, serta banyak sekali terdapat jenis tanaman hias yang di tanam di pekarangan rumah seperti mawar, dan jenis bunga-bunga lainnya. Selain itu, kami juga melihat adanya beberapa spesies hewan tingkat rendah seperti kaki seribu di sepanjang jalan kami menyusuri kawasan pemukiman. Ada sekitar tiga sampai empat ekor kaki seribu yang kami temui.
Sebagian besar warga yang tinggal disana bekerja sebagai petani dengan mengolah lahan-lahan pertanian yang berada di sekitar kawasan hutan dengan membuat pesawahan terasering. Selain sebagai petani, ada juga sebagian warga yang memiliki mata pencaharian sebagai peternak, dengan membuat peternakan sapi kecil-kecilan. Dari setiap peternakan yang kami jumpai, hanya ada beberapa ekor sapi saja. Dari peternakan tersebut mereka mengolah susunya untuk dijadikan susu murni.
Dari pengamatan yang kami lakukan, tingkat pencemaran yang terjadi di kawasan pemukiman tidak terlalu parah, meskipun ada beberapa pencemaran yang berasal dari limbah-limbah yang dihasilkan dari produksi rumah tangga, tapi tingkat pencemarannya masih sangat rendah dan kondisi alamnya yang masih asri dan hijau mampu menetralisir pencemaran yang ada.

B. Kawasan Pertanian.
Kawasan pertanian di daerah Palutungan terhampar di kanan kiri jalan setapak menuju hutan pinus. Bahkan kawasan pertanian telah merambah ke dalam hutan. Persawahan yang ada merupakan jenis sawah terasering sesuai dengan kondisi tanah yang tidak rata. Jenis-jenis tanaman yang ditanam di lahan pertanian berupa kol, jagung, tomat, wortel, brokoli, labu, talas, dan kentang. Tetapi, jenis tanaman yang mendominasi adalah tanaman wortel. Hampir di setiap lokasi ditemukan lahan yang ditanami wortel, baik di dataran renda, di dalam hutan, bahkan diperbukitan ditemukan adanya lahan yang ditanami wortel.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan petani disana, lahan-lahan pertanian yang ada disana hampir selalu bisa digunakan untuk bercocok tanam kapanpun, karena air selalu tersedia dari pegunungan. Tidak seperti kawasan pertanian yang berada di daerah pantai atau dataran rendah, biasanya ada musim-musim tanam yang dilakukan saat musim penghujan agar ada pengairan untuk mengairi sawah. Sedangkan di daerah Palutungan irigasi langsung dari pegunungan dengan menggunakan saluran berupa parit-parit kecil untuk mengairi sawah-sawah yang ada di sekitar pegunungan.
Menurut petani, tanaman tomat yang ditanam disana biasanya dapat di panen setelah tiga bulan, dan bagian samping tanaman tomat harus di potong agar tanaman dapat tumbuh tinggi. Sedangkan wortel dan kentang yang merupakan jenis tanaman umbi waktu tanam hingga panennya memerlukan waktu kurang lebih empat bulan.
Hewan-hewan yang terdapat di kawasan pertanian adalah ulat, insecta, dan cacing. Pola interaksi yang terjadi di kawasan pertanian adalah simbiosis mutualisme yang terjadi antara cacing tanah dengan tanaman pertanian merupakan simbiosis mutualisme, dimana kedua pihak saling diuntungkan. Cacing mencerna tanah dimana tumbuhan itu di tanam untuk proses metabolismenya, tanah hasil metabolisme cacing akan dikeluarkan dan menjadi lebih gembur dari sebelumnya serta mengandung lebih banyak humus, sehingga tanaman yang ditanam di atas tanah gembur tersebut menjadi lebih subur.
Pola interaksi yang terjadi antara tanaman pertanian dengan ulat adalah simbiosis parasitisme dimana satu pihak memperoleh keuntungan sedangkan pihak yang lain mengalami kerugian. Disini, ulat mendapat keuntungan karena mendapatkan makanannya dari daun-daun tanaman pertanian, sedangkan tanaman pertanian akan mati setelah daunnya habis dimakan ulat karena tidak dapat berfotosintesis dengan sempurna, sehingga pertumbuhannya akan terhambat dan akan mengalami kematian. Ulat merupakan contoh ektoparasit, karena parasit ini berada diluar tubuh inangnya. Seperti halnya pola interaksi yang terjadi antara tanaman pertanian dengan hama wereng merupakan simbiosis parasitisme.

C. Kawasan Perairan.
Kawasan perairan yang berda di daerah Palutungan merupakan parit-parit kecil yang mengalir dari pegunungan hingga ke daerah pemukiman. Aliran air yang masih berada di sekitar hutan masih sangat terjaga kualitasnya. Airnya masih bersih dan jernih, di areal pertanian air yang mengalir di parit sudah sedikit keruh karena telah terkontaminasi oleh limbah yang dihasilkan dari zat-zat kimia seperti disinfektan, insektisida, dan herbisida, di arelah pemukiman, air yang mengalir di parit tersebut semakin keruh dan berwarna kehitaman di dasarnya, hal itu dikarenakan air tersebut telah terkontaminasi oleh limbah pencemaran yang berasal dari limbah domestic berupa limbah rmah tangga seperti sisa-sisa detergen.
Kawasan perairan di air terjun lebih asli. Air yang mengalir masih sangat jernih, dan banyak sekali terdapat jenis lumut di bagian batu-batu yang ada di sekitar kawasan air terjun. Hanya saja, kami tidak melihat adanya aktifitas kehidupan ikan disana, hal ini mungkin dikarenakan perairan tersebut sangat dangkal. Kedalamannya hanya sekitar 0,5 meter. Di bagian samping-sampingnya terdapat bebatuan yang berumut, dibagian dasarnya terdapat bebatuan kecil atau kerikil-kerikil serta pasir, selain itu wilayah perairan tersebut sering sekali di masuki oleh pengunjung.
Ada beberapa pola interaksi yang terjadi di kawasa perairan, diantaranya yang dapat kami lihat adalah simbiosis komensalisme antara air, bebatuan, dan komunitas tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut memanfaatkan bebatuan yang lembab yang berada di kawasan tesebut untuk tumbuh dan bertahan hidup.

D. Kawasan Hutan Pinus.
Kawasan hutan pinus yang ada di daerah Palutungan sebenarnya merupakan jenis hutan heterogen, hanya saja tingkat keanekaragaman hayati yang ada disana masih sangat rendah. Di sepanjang jalur pendakian yang kami lakukan, yang kami temui sebagian besar adalah tanaman pinus yang menjulang tinggi. Ada beberapa tumbuhan pakis haji yang kami temui. Selain itu, kawasan hutan yang kami lalui ada beberapa kawasan yang telah mengalami perakihan fungsi dari fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Di kkawasan hutan kami sering sekali menemui adanya lahan yang di tanamai kentang dan wortel. Tanaman wortel sangat mendominasi. Sehingga jumlah pepohonan besar tidak semakin banyak. Padahal, apabila dilihat dari fungsinya, pepohonan besar jelas lebih unggul dalam menyerap dan menyimpan air jika dibandingkan dengan wortel yang perakarannya tidak terlalu kuat.
Selain itu, kawasan hutan yang kami lalui kurang ada pengawasan yang intensif. Kami melihat adanya beberapa kegiatan yang merusak kelestarian hutan seperti perubahan dari kawasan hutan menjadi lahan pertanian, penebangan pohon meski tidak dalam skala besar, tetapi tetap saja merupakan kegiatan perusakan kawasan hutan.
Di kawasan bukit pinus, selain pohon pinus (Pinus mercusii) yang mendominasi ada juga beberapa tanaman bunga seperti bunga mawar merah, bunga anggrek, bunga terompet dan terdapat beberapa pohon melinjo (Gnetum gnemon). Karena kawasan hutan ini merupakan kawasan hutan yang kelembabannya cukup tinggi, terdapat beberapa koloni lumut yang menempel di bagian batang pohon pinus.
Sedangkan keanekaragaman hewan yang terdapat di kawasan hutan tersebut sangat kecil. Karena sepanjang pendakian kami tidak menemukan adanya hewan-hewan tingkat tinggi seperti primata atau mammalia. Yang kami temui hanyalah beberapa jenis insecta (serangga, belalang, laba-laba, semut, dll) ada juga beberapa species dari kelas Annelida (cacing tanah), dan beberapa jenis hewan dari kelas Reptilia (ular, dan kadal).
Pola interaksi yang terjadi di kawasan hutan pinus adalah jenis simbiosis komensalisme antara tanaman pinus dengan tumbuhan lumut. Lumut memanfaatkan batang pinus yang lembab sebagai tempat tumbuhnya dan pemenuhan nutrisi untuk hidupnya, sedangkan pohon pinus tidak mengalami kerugian dan tidak mendapat keuntungan dari interaksi ini. Selain hubungan antara lumut dengan pinus, simbiosis komensalisme juga terjadi antara tumbuhan pinus dengan anggrek. Anggrek memanfaatkan batang pinus untuk menempelkan akarnya serta sebagai habitat hidupnya, tetapi pohon pinus tidak mengalami perubahan. Simbiosis parasitisme terjadi antara ulat dengan dedaunan. Ulat memanfaatkan daun untuk bahan makanannya dan tempat hidupnya, sedangkan tumbuhan yang dihinggapi atau ditinggali oleh ulat akan mengalami kerugian karena daun-daunnya rusak dan robek-robek sehingga tidak bisa berfotosintesis dengan sempurna sehingga proses pertumbuhannya menjadi terhambat.




























BAB III
MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Masalah.
1. Pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian.
2. Keanekaragaman hayatinya masih sangat kurang.
3. Jalan setapak untuk menyusuri kawasan hutan masih belum merata. Ada sebagian jalan yang dapat di lalui dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan ada sebagian jalan yang sangat terjal, berbatu dan curam sehingga sangat sulit dan berbahaya untuk dilalui.

B. Pemecahan Masalah.
1. Untuk mengatasi masalah pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan yang lebih intensif agar warga disekitar hutan tidak sembarangan membabat hutan dan merubahnya menjadi lahan pertanian, memberikan sanksi yang jelas apabila ada warga yang melanggar. Selain itu, adanya penyuluhan pada warga sekitar tentang pentingnya menjaga tumbuhan-tumbuhan tinggi dan besar di dalam hutan juga merupakan komponen yang sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran warga masyarakat agar sadar kalau air hujan yang turun dapat di tahan dan disimpan oleh perakaran tumbuhan tingkat tinggi yang berakar tunggang dan besar. Sehingga apabila hujan tidak terjadi banjir, dan tanah longsor. Sedangkan apabila kemarau datang, tidak terjadi kekeringan.
2. Untuk mengatasi tingkat keanekaragaman hayati yang masih sangat rendah, kita dapat menambah jenis makhlukhidup yang ada dengan melakukan penanaman dan pemeliharaan.
3. Membangun jalan setapak yang khusus disediakan untuk pendaki dan jalan yang digunakan untuk pengendara sepeda motor seperti yang ada di daerah batu radendan taman nasional gunung gede pangrango.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.
Daerah Palutungan merupakan suatu kawasan hutan wisata dari taman nasional Gunung Ciremai. Kawasan Palutungan terdiri dari kawasan pemukiman, pertanian, perairan, dan hutan. Kawasan pemukiman yang berada di sekitar daerah Palutungan merupakan kawasan padat penghuni, kawasan pemukimannya memang menempati lokasi yang sangat sempit dengan jumlah penduduk yang relatif banyak. Hal ini dapat dilihat dari kepadatan rumah yang dibangun di daerah pemukiman, sangat rapat.
Kawasan pertanian biasanya ditanami tanaman pangan seperti jagung, kentang, wortel, dan berbagai macam tanaman sayuran seperti kol, sawi putih dan sawi hijau, brokoli, dll. Kawasan hutannya merupakan hutan heterogen meskipun keanekaragaman hayati di kawasan tersebut masih sangat rendah. Hanya beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang ada di kawasan hutan tersebut, seperti : pinus, pakis haji, melinjo, dan beberapa tanaman bunga. Tanaman tingkat rendah yang kami temui adalah jenis lumut-lumutan dan beberapa jenis tanaman paku-pakuan.
Jenis hewan yang kami temui lebih sedikit lagi. Kami tak menemukan hewan primata atau mammalia, yang kami temukan hanya hewan-hewan insecta, beberapa jenis Annelida (cacing tanah), dan Reptilia (Ular dan Kadal).
 Keanekaragaman hayati di Palutungan sangat jauh lebih sedikit apabia dibandingkan dengan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau Taman Nasional Batu Raden. Pengelolaanya juga masih memerlukan banyak perbaikan.

B. Saran.
Bentuk sistem pengawasan yang lebih terhadap pengalihan hutan yang sering dilakukan oleh warga sekitar hutan. Menambah keanekaragaman hayati di kawasan hutan, sehingga yang kami temui bukan hanya tanaman pinus-dan pinus saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar