Rabu, 15 Desember 2010

BIOTEKNOLOGI

KETERKAITAN BIOTEKNOLOGI DENGAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIOLOGI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas UTS
Mata kuliah : Bioteknologi
Dosen : Ina Rosdiana Lesmanawati




















Disusun oleh :
Muasromatul Azizah
07460899




Tarbiyah / IPA – Biologi C / VI


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SYEKH NURJATI
CIREBON 2010
Keterkaitan Bioteknologi dengan perkembangan Pendidikan Biologi

Bioteknologi, merupakan cabang dari ilmu biologi yang berperan dalam menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan mikroorganisme, baik itu berupa bakteri, fungi, alga, dan yang lainnya. Pemanfaatan mikroorganisme sebenarnya telah diketahui sejak beberapa tahun sebelum masehi. Orang Mesir kuno telah memanfaatkan microorganisme untuk pembuatan bir, anggur, vinegar, keju, tuak, yoghurt. Tapi, pada saat itu mereka belum mengetahui hakikat bioteknologi.
Istilah bioteknologi baru dipublikasikan pada tahun 1917 oleh seorang insinyur Hongaria untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya. Selama 20 tahun belakangan, perkembangan bioteknologi semakin menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, dan ditemukannya system kultur jaringan dan rekombinasi gen.
Menurut White & Frederiksen (2000) IPA secara keseluruhan dapat dipandang sebagai proses untuk membentuk hukum, model, dan teori yang memungkinkan orang untuk memprediksi, menjelaskan, dan mengendalikan tingkah laku alam.

A. Hubungan antara pendidikan Biologi dengan Bioteknologi.
Pendidikan Biologi berdasarkan aspek pemanfaatannya dapat kita bedakan menjadi tiga golongan yaitu : Biologi murni, Biologi terapan, dan Bioteknologi. Perbedaan mendasar dari ketiga golongan tersebut adalah berdasarkan aspek kajiannya, Para ilmuwan Biologi murni mencoba memahami bagaimana alam bekerja, ilmuwan Biologi terapan mencoba mencari cara untuk mengendalikan cara alam bekerja, sedangkan Ahli Bioteknologi memanfaatkan penemuan Biologi murni dan Biologi terapan untuk membuat alat guna mengendalikan cara alam bekerja.
Dapat diketahui dengan jelas keterkaitan antara masing-masing aspek pendidikan Biologi.Biologi murni menjelaskan mengenai bagaimana alam itu bekerja, kemudian dari kajian Biologi murni tersebut akan digunakan sebagai dasar pemikiran selanjutnya untuk menemukan konsep Biologi terapan yang nantinya akan mengkaji bagaimana mekanisme mengendalikan alam bekerja. Lalu hasil pengkajian dari Biologi murni dan biologi terapan tersebut akan digunakn sebagai dasar pemikiran untuk membuat konsep Bioteknologi yang nantinya akan menghasilkan suatu produk berupa alat atau jasa yang berasal dari alam dan dapat digunakan untuk pemeliharaan alam itu sendiri.

B. Batasan dari Masing-Masing Pendidikan Biologi.
Dari bagan hubungan keterkaitan antara Biologi dengan Bioteknologi telah tergambar dengan jelas. Ketiga aspek Biologi tersebut saling berkaitan untuk membentuk satu kesatuan pendidikan Biologi yang utuh. Perbedaan yang mendasar hanya pada aspek kajiannya saja.
1. Biologi Murni.
Biologi murni ditempatkan sebagai ilmu yang mendasar dari ilmu Biologi yang menyangkut keseluruhan ilmu Biologi secara umum. Konsep-konsep Biologi murni terbentuk dari keingintahuan mengenai sesuatu yang belum diketahui orang, keingintahuan itu menuntun ke arah mencari prinsip atau teori yang dapat diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui percobaan.
Pengkajian ini merupakan pengkajian yang tidak bermaksud untuk mencari kondisi atau proses optimal yang diharapkan, melainkan hanya untuk memenuhi penjelasan dari objek (benda dan energi) dan peristiwa alam. Konsep-konsep Biologi murni merupakan konsep-konsep Biologi mengenai kondisi, interaksi, dan peristiwa dari kondisi yang normal secara umum.
Dalam konsep-konsep Biologi dasar, seringkali ada variabel (parameter), yang dalam kenyataannya berpengaruh, tidak dimasukkan ke dalam konsep-konsepnya. Konsep-konsep itu sengaja disusun secara ideal atau normal agar berlaku umum, yang berarti dapat digunakan kapan saja dan dimana saja. Keberlakuan umum konsep-konsep tersebut luas, sehingga berfungsi sebagai konsep-konsep dasar bagi Biologi terapan dan Bioteknologi. Para ilmuwan menempatkan Biologi murni sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu terapan dan teknologi.
2. Biologi terapan.
Biologi terapan merupakan lanjutan dan pengembangan dari konsep dasar yang telah dikemukakan oleh Biologi murni. Pada Biologi terapan konsep yang dikajinya bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengendalikan cara alam bekerja.
Apabila pada Biologi murni konsep yang dijelaskannya merupakan suatu konsep yang ideal yang dapat dipakai secara umum tanpa memperhitungkan aspek-aspek lain yang mungkin berpengaruh, maka konsep Biologi terapan sebaliknya. Konsep Biologi terapan tidak mengabaikan variasi yang terjadi di alam sehingga nantinya dapat diaplikasikan secara langsung untuk mengendalikan (mengelola) alam. Pada konsep Biologi terapan akan didapatkan pengelompokkan yang lebih mengkerucut.
Contohnya dalam Biologi dasar, daur hidup serangga melalui 3 atau 4 fase, yaitu telur, larva dan dewasa atau telur, larva, pupa, dan dewasa. Kedua fase daur hidup ini berlaku untuk semua jenis serangga, jika kita memelihara serangga hanya memperhatikan daur hidup seperti itu saja, kita akan gagal memelihara serangga tersebut, karena faktor lain yang berpengaruh terhadap daur hidup serangga itu kita abaikan.
Seharusnya untuk keberhasilan pemeliharaan serangga itu kita harus menggunakan konsep-konsep Biologi terapan yang dikembangkan dari konsep Biologi dasar. Konsep Biologi terapan merupakan konsep yang aplikatif, tetapi keberlakuan umumnya sempit, tidak seluas keberlakuan umum konsep Biologi dasar.
 Contohnya jika pengaruh suhu kita masukkan ke dalam daur hidup serangga, maka serangga yang asalnya dikelompokkan dalam 3 atau 4 fase itu akan dikelompokkan lebih banyak lagi, karena pengaruh suhu akan berbeda pada jenis-jenis serangga, walaupun ada juga serangga yang jenisnya berbeda, tetapi pengaruh suhu terhadap daur hidupnya sama. Apalagi bila kita memasukkan beberapa factor lain yang dapat berpengaruh, maka pengelompokkan tersebut akan semakin mengkerucut.
Untuk dapat mengendalikan cara alam bekerja diperlukan percobaan (penelitian), agar aplikasi konsep yang tepat dapat diketahui. Dari percobaan itulah konsep-konsep Biologi terapan dikembangkan dari konsep Biologi murni untuk keperluan mengendalikan alam. Alam yang dikendalikan ada yang terdapat dalam alat-alat (produk Bioteknologi) dan ada yang terdapat di lingkungan. Alat-alat dibuat dari bahan-bahan alam dari jenis dan kondisi yang sama dan digunakan pada kondisi dan situasi lingkungan yang relatif sama, sehingga proses dan hasil pengendalian alamnya pun relatif sama.
 Dengan demikian prinsip-prinsip Biologi terapan dalam teknologi dapat digunakan relatif tepat sama untuk setiap alat yang sama. Jika dalam alat-alat tidak ada variasi alam, karena dapat dibuat sama, di lingkungan banyak variasi alam yang tidak dapat dihindarkan. Akibatnya prinsip-prinsip Biologi terapan yang digunakan di lingkungan pada suatu tempat dan waktu tertentu tidak begitu dapat digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda.
Dengan demikian pengendalian alam di lingkungan lebih bervariasi, karena prinsip-prinsipnya perlu diuji pada setiap tempat dan waktu yang berbeda. Walaupun prinsip-prinsip Biologi terapan yang diperlukan untuk pengendalian alam itu sudah diuji melalui penelitian, tidak berarti bahwa prinsip-prinsip Biologi terapan dapat diterapkan secara langsung dengan tepat di tempat dan waktu yang berbeda, karena variasi alam dapat menyebabkan proses dan hasil penerapan itu berbeda. Oleh karena itu, di lingkungan, bahkan juga dalam pembuatan alat, percobaan (penelitian) tetap diperlukan untuk mencari perlakuan atau tindakan yang tepat dalam pengendalian alamnya.
Pada umumnya pengkajian Biologi terapan dilakukan untuk mencari perlakuan atau susunan benda yang interaksinya dapat menimbulkan kondisi atau proses optimal/maksimal seperti yang diharapkan. Pengkajian Biologi terapan ditujukan untuk mencari prinsip-prinsip dan tindakan pengendalian alam yang hasilnya dapat memenuhi harapan pengkaji. Berbeda dengan hasil pengkajian Biologi dasar yang berlaku umum, hasil pengkajian Biologi terapan kurang berlaku umum, karena faktor-faktor yang dalam Biologi dasar diabaikan dalam Biologi terapan tidak diabaikan. Sedangkan kondisi dan situasi di setiap lingkungan sangat bervariasi.
Pengkajian Biologi terapan di lingkungan umumnya hanya digunakan untuk keperluan di tempat pengkajian itu dilakukan. Karena hasil pengkajian Biologi terapan di lingkungan kurang berlaku umum, hasil pengkajian di suatu tempat dan waktu tertentu hanya digunakan sebagai pembanding, penunjang, atau acuan perkiraan untuk pengkajian yang sama di tempat dan waktu yang berbeda.
3. Bioteknologi.
Bioteknologi dapat dibentuk dari kesatuan antara kosep Biologi murni dan konsep Biologi terapan. Peranan konsep-konsep Biologi murni dan Biologi terapan ini digunakan untuk menjadi pengendali akan hasil dai sebuah teknologi agar berdayaguna bagi manusia dan penggunaannya tidak merusak alam, atau setidaknya meminimalisir kerusakan yang ditimbulkannya pada alam.
Prinsip-prinsip dan teori-teori Biologi murni dan pengendalian alam dari Biologi terapan digunakan dalam Bioteknologi untuk menyusun objek-objek, membuat konstruksi di alam, dan membuat alat untuk mengendalikan cara alam bekerja.
Kajian Bioteknologi meliputi teknik menyusun objek, serta membuat konstruksi alam dan alat, sedangkan Biologi sifat objek, interaksi, dan perubahan objek. Pada akhirnya, hasil dari Bioteknologi mampu menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Bioteknologi dapat diartikan sebagai teknik mengendalikan organisme dan sel-sel untuk menghasilkan sesuatu, misalnya mengendalikan jamur atau bakteri.

C. Kontribusi Bioteknologi terhadap Perkembangan Pendidikan Biologi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bioteknologi merupakan aplikasi dari keseluruhan pendidikan Biologi (Biologi murni dan Biologi terapan). Aplikasi dari ilmu Bioteknologi itu sendiri dapat digunakan untuk mempermudah manusia dalam memanfaatkan alam serta diupayakan penggunaannya tidak merusak alam itu sendiri.
Penerapan Bioteknologi merupakan tanda perkembangan pendidika Biologi. Dengan adanya Bioteknologi, Ilmu Biologi tak hanya sekedar mengkaji apakah makhluk hidup itu, apa pemanfaatannya, bagaimana interaksi yang terjadi antara makhluk hidup dengan alam, atau bagaimana keterkaitan suatu organisme dengan organisme yang lainnya. Dengan masuknya disiplin ilmu baru Bioteknologi sebagai cabang dari ilmu Biologi, pengetahuan siswa mengenai pemanfaatan makhluk hidup dari alam dapat menambah pemahamannya bahwa segala sesuatu yang ada di alam itu saling terkait. Apabila kita mengetahui pemanfaatannya, kita akan mampu mengoptimalkan fungsinya.
Selain itu, masuknya Bioteknologi sebagai pokok bahasan dalam kurikulum pembelajaran Biologi memberikan nafas baru yang dapat membuat Biologi jadi terasa lebih menyenangkan dan menambah motivasi belajar, dan ketertarikan siswa terhadap Biologi. Karena pada aplikasinya, bioteknologi berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya, pada Bioteknologi pembuatan tempe, dan pada proses aplikasi kultur jaringan penerapannya dapat menghasilkan produk-produk unggulan dalam bidang pertanian. Siswa yang telah mempelajari bioteknologi dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menghasilkan produk-produk unggulan.
Ketercapaian Bioteknologi merupakan suatu keberhasilan pembelajaran Biologi. Karena pada prakteknya, Bioteknologi telah mencakup dari aspek Biologi dasar, dan Terapan. Penguasaan Bioteknologi sangat diperlukan untuk mengatasi beberapa permsalahan yang kerap dihadapi, seperti ketersediaan pangan yang dapat diatasi dengan teknik kultur jaringan, serta masalah pengobatan yang semakin berkembang belakangan ini. Selain itu, Bioteknologi juga dapat digunakan untuk menghasilkan oraganisme-organisme unggul.

D. Aplikasi Produk-produk Bioteknologi.
1. Aplikasi pada bidang pertanian: Aplikasi bioteknologi untuk pertanian menawarkan berbagai keuntungan. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika. Keuntungan potensial bioteknologi pertanian antara lain:
a. potensi hasil panen yang lebih tinggi,
b. mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida,
c. toleran terhadap cekaman lingkungan,
d. pemanfaatan lahan marjinal,
e. identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam makanan ternak,
f. kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan defisiensi mikronutrien.
Sehingga akan :
a. Meningkatkan produksi pangan misalnya dengan menciptakan kultivar unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
b. Meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenic antara lain kapas, jagung, dll.
c. Mempercepat swasembada jagung dengan jagung yang dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih baik dan kebal terhadap hama
d. Untuk peningkatan produksi pangan; Tanaman tahan hama, ternak yang dapat memproduksi asam amino tertentu, engolahan makanan (tempe, tape, oncom, kecap), pengolahan minuman; anggur, bir, yoghurt, tuak, brem, dsb.
2. Aplikasi pada bidang peternakan:
Aplikasi bioteknologi dalam bidang peternakan menawarkan berbagai keuntungan antara lain:
a. Meningkatkan produksi peternakan,
b. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti manipulasi mikroba rumen,
c. Menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi,
d. Menciptakan jenis ternak unggul
3. Aplikasi pada bidang perikanan: Aplikasi Bioteknologi dalam bidang periakanan menawarkan berbagai keuntungan antara lain:
a. Menyediakan benih dan induk ikan,
b. Meningkatkan system kekbalan ikan dengan menggunkana vaksin, imunostimulan, probiotik dan bioremediasi.
Aplikasi probiotik pada pakan atau dalam lingkungan perairan budidaya sebagai penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan lingkungan perairan.
4. Aplikasi pada bidang kesehatan dan pengobatan: Aplikasi bioteknologi dalam bidang kesehatan dan pengobatan telah mandatangkan manfaat antara lain:
a. Memproduksi obat-obatan terhadap penyakit infeksi (antibiotik) seperti; penisilin, streptomysin,
b. Memproduksi vaksin untuk pencegahan jenis penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksinnya seperti; polio, cacar, hepatitis-B, TBC dsb. Selain pada manusia, vaksin juga digunakan untuk melindungi ternak (ayam, sapi dsb) dari serangan berbagai penyakit menular,
c. Memproduksi zat kebal antibody untuk diagnosis penyakit, penelitian dan terapi. Antibodi monoclonal,
d. Untuk terapi gen misalnya untuk terapi penyakit genetis (bawaan),
e. Untuk memproduksi hormon; Insulin untuk terapi penderita kencing manis,
f. Untuk terapi gen; Sel somatis (somatic gene therapy); sel darah atau otot, terapi penyakit genetis (bawaan). Sel embrional (Germ line gene therapy);
5. Aplikasi pada bidang lingkungan. Aplikasi bioteknologi dalam bidang lingkungan antara lain:
a. Untuk pengolahan limbah
b. Pelestarian plasma nutfah.

E. Perlunya Pengenalan Bioteknologi Sejak Dini.
Selama ini, persepsi yang keliru dari masyarakat mengenai Bioteknologi telah menjadi paradigma yang sulit untuk dirubah. Kebanyakan dari masyarakat hanya memandang Biotekknologi dari segi potensi bahaya produknya saja, mereka masih takut mengkonsumsi makanan yang berasal dari tanaman transgenic misalnya, karena mereka takut akan mengganggu kesehatan karena dianggap tidak alami.
Padahal, Berdasarkan review Departemen Kesehatan Inggris tahun 1999, tidak ada data yang menunjukkan efek negatif produk transgenik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Departemen Pertanian dan Kehutanan Jepang juga memberikan hasil laporan yang sama. Selama 20 tahun tanaman transgenik dikembangkan, tidak ada suatu bukti akurat mengenai sisi negatif bagi manusia dan lingkungan. Dengan demikian, kita setidaknya dapat menyimpulkan bahwa sampai sekarang kontroversi yang terjadi didasarkan akan data-data yang tidak valid.
Untuk mengubah paradigma yang keliru tersebut bukanlah persoalan yang mudah, dibutuhkan beberapa pengenalan secara intensif pada masyarakat mengenai produk-produk Bioteknologi yang sebenarnya lebih ramah terhadap alam dan manusia. Karena tujuan dari produk-produk Bioteknologi sendiri adalah untuk pemanfaatan manusia dan tidak merusak lingkungan.
Selama ini, pada kurikulum sekolah Bioteknologi baru dimasukkan pada kurikulum tingkat SMA saja, seharusnya pengenalan Bioteknologi lebih dini dikenalkan pada siswa agar mereka mampu mendalami manfaat dari Bioteknologi itu sendiri, dan tidak ada kesalahan persepsi yang nantinya akan berakibat fatal.
Dengan pengenalan Bioteknologi sejak dini pada masyarakat diharapkan nantinya dapat merubah paradigma masyarakat mengenai produk-produk bioteknologi selama ini. Memang tidak dapat di pungkiri dalam suatu produk pasti ada kelemahannya, tapi seiring berjalannya waktu pembenahan pada kekurangan-kekurangan dalam Bioteknologi akan terus berkembang sehingga akan menuju ke arah yang jauh lebih baik.


Daftar Pustaka

- Darliana. 20008. Kependidikan IPA. http://www.p4tkipa.org/lihat.php?id=ARTIKEL&hari=KEPENDIDIKAN&%20tanggal=16&%20bulan=Mei%20&%20oleh=Drs.%20Darliana,%20M.Si. diakses 07 Mei 2010.
- Maharijaya, Awang. 2008. Meningkatkan Peranan Bioteknologi Melalui Pendidikan.http://awangmaharijaya.wordpress.com/2008/02/22/meningkatkan-peran-bioteknologi-melalui-pendidikan/. Diakses 07 Mei 2010.
- Setiono, Lilik. 2010. Bioteknologi. http://liliksetiono.wordpress.com/2010/03/10/bioteknologi-3/. Diakses 07 Mei 2010.

Selasa, 14 Desember 2010

makalah genetika

BAB II
ISI PEMBAHASAN

A. Penemu Pola-pola Hereditas.
Prinsip-prinsip pewarisan sifat yang telah dikemukakan oleh Mendel dijabarkan kembali oleh Walter Stanborough Sutton (5 April 1877 – 10 November 1916). Walter lahir di Utica Newyork, Setelah menyelesaikan Sekolah menengahnya di Russel, Beliau masuk universitas Kansas pada tahun 1896, setelah mendapatkan gelar S1 nya, Walter melanjutkan studynya di Universitas Comulbia dan mengambil program stusy Zoologi. Walter telah memberikan kontribusi sangat penting dalam keberadaan Biologi dengan penjabaran-penjabaran teori Mendelian yang di jabarkannya.
Poligen adalah gen-gen yang berbeda yang bisa mempengaruhi ciri fenotip yang sama. Walter menjelaskan pola-pola Hereditas dengan menjelaskan tentang kromosom sebagai berikut:
1. Jumlah kromosom yang dikandung oleh sel sperma dan sel telur adalah sama, yaitu separo dari jumlah sel tubuh.
2. Organisme baru sebagai hasil fertilisasi mengandung dua perangkat kromosom (diploid) pada setiap selnya, seperti halnya tiap sel induknya.
3. Dalam meiosis, kedua perangkat kromosom memisah secara bebas.
4. Bentuk dan identitas setiap kromosom adalah tetap, sekalipun melalui proses pembelahan meiosis. Begitu pula masing-masing gen sebagai bagian factor menurun adalah mantap.
Hanya saja dalam kenyataannya, ada beberapa penyimpangan yang terjadi, diantaranya adalah penyimpangan Mendel
B. Interaksi Gen.
Interaksi gen merupakan peristiwa dua gen atau lebih yang bekerjasama atau menghalang-halangiu dalam memperlihatkan fenotipe. Interaksi gen pertama kali dikemukakan oleh William Bateson dan R.C.Punnet pada bentuk jengger ayam. William lahir pada 8 agustus 1861 dan meningga
Mereka menemukan ada empat bentuk jengger ayam, yaitu sebagai berikut :
1. Jengger berbentuk biji (pea), dengan genotype: rrP
2. Jengger berbentuk mawar atau gerigi (ros), dengan genotype : R-pp
3. Jengger berbentuk sumpel (walnut), dengan genotype: R-P-
4. Jengger berbentuk belah atau tunggal (single), dengan genotype

makalah metabolisme

BAB II
ISI PEMBAHASAN

A. Metabolisme.
Sejarah pertama mengenai metabolisme dimulai sejak eksperimen terkontrol atas metabolisme manusia yang pertama kali diterbitkan oleh Santorio Santorio pada tahun 1614 di dalam bukunya, Ars de statica medecina yang membuatnya terkenal di Eropa. Dia mendeskripsikan rangkaian percobaan yang dilakukannya, yang melibatkan penimbangan dirinya sendiri pada sebuah kursi yang digantung pada sebuah timbangan besar sebelum dan sesudah makan, tidur, bekerja, berhubungan seksual, berpuasa makan atau minum, dan buang hajat. Dia menemukan bahwa bagian terbesar makanan yang dimakannnya hilang dari tubuh melalui perspiratio insensibilis (mungkin dapat diterjemahkan sebagai "keringatan yang tidak tampak"). Santorio Santorio dikenal dengan nama Santorio Santorii. Ayanhnya bernama Antonio Santori.
Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam setiap sel hidup dan berlangsung secara terus-menerus untuk mensintesis senyawa-senyawa organic dalam tumbuhan. Hasil dari proses metabolisme disebut metabolit.
Proses metabolisme mengasilkan senyawa-senyawa yang sangat diperlukan oleh tumbuhan, baik itu berupa metabolit primer maupun metabolit sekunder. Metabolit primer digunakan sebagai bahan penyusun struktur organel atau bagian-bagian dari sel lainnya. Sedangkan metabolit sekunder digunakan oleh tumbuhan untuk melindungi tumbuhan dari serangga-serangga, bakteri, jamur, dan jenis pathogen-patogen lainnya (Lakitan, 2004)
Dalam proses metabolisme, terjadi dua rangkaian reaksi yaitu reaksi anabolisme dan reaksi katabolisme. Kedua rangkaian reaksi metabolisme tersebut saling berkaitan satu sama lain, energy yang dibebaskan dari rangkaian reaksi katabolisme digunakan untuk menggerakkan rangkaian reaksi anabolisme.

Transfer energy dari katabolisme ke anabolisme ini disebut pengkopelan energy (energy coupling).
1. Katabolisme.
Katabolisme merupakan reaksi perombakan senyawa dengan molekul besar untuk membentuk senyawa-senyawa dengan molekul yang lebih kecil, serta menghasilkan energy. Proses katabolisme juga disebut sebagai proses pelepasan energy.
Salah satu contoh raksi katabolisme adalah pada proses respirasi. Pada proses ini, senyawa karbohidrat dirubah secara oksidatif menjadi senyawa dengan molekul-molekul yang lebih kecil, yaitu CO2 dan air.
2. Anabolisme.
Anabolisme merupakan reaksi kebalikan dari katabolisme. Reaksi anabolisme membentuk senyawa dengan molekul-molekul kecil menjadi senyawa dengan molekul yang lebih besar. Proses anabolisme ini membutuhkan energy, yang biasanya dapasok dari energy yang dihasilkan pada proses katabolisme.

Kedua rangkaian reaksi tersebut berlangsung secara sistematis dan teratur. Proses kedua rangkaian reaksi metabolisme tersebut dapat dipercepat dengan adanya suatu katalisator berupa enzim.

B. Enzim.
Pada awalnya, enzim dikenal sebagai protein oleh Sumner ( 1926 ) yang telah berhasil mengisolasi urease dari tumbuhan kara pedang. Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunits dapat mengisolasi pepsin, tripsin, dan kinotripsin. Kemudian makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah protein.
Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata banyak enzim mempunyai gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Gugus bukan protein ini disebut dengan kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan ada pula yang tidak terikat kuat oleh protein. Gugus terikat kuat pada bagian protein artinya sukar terurai dalam larutan yang disebut dengan Prostetik, sedang yang tidak begitu terikat kuat ( mudah dipisahkan secara dialisis ) disebut dengan Koenzim. Keduanya ini dapat memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat.
Enzim merupakan biokatalisator yang dapat mempercepat reaksi metabolisme dalam tumbuhan tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Komponan utama enzim adalah protein yang bersifat fungsional. Enzim terdiri atas bagian yang berupa protein dan non protein. Bagian yang berupa protein bersifat termolabil (tidak tahan panas) disebut dengan apoenzim, yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan disebut gugus prostetik. Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang diebut holoenzim.

Enzim memiliki beberapa sifat diantaranya adalah :
1. Enzim dibentuk dalam protoplasma sel,
2. Enzim beraktifitas di dalam sel tempat sintesisnya (disebut endoenzim) maupun di tempat yang lain diluar tempat sintesisnya (disebut eksoenzim),
3. Sebagian besar enzim bersifat endoenzim.
4. Enzim bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat hidrofil
5. Dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun anion.
6. Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi protein misalnya suhu, pH dll
7. Enzim dapat dipacu maupun dihambat aktifitasnya
8. Enzim merupakan biokatalisator yang dalam jumlah sedikit memacu laju reaksi tanpa merubah keseimbangan reaksi
9. Enzim tidak ikut terlibat dalam reaksi, struktur enzim tetap baik sebelum maupun setelah reaksi berlangsung
10. Enzim bermolekul besar
11. Enzim bersifat khas/spesifik
12. Suhu: optimum 300C, minimum 0 0C, maksimum 400C
13. Logam, memacu aktifitas enzim: Mg, Mn, Co, Fe
14. Logam berat, menghambat aktivitas enzim: Pb, Cu, Zn, Cd, Ag
15. pH, tergantung pada jenis enzimnya (pepsin aktif kondisi masam, amilase kondisi netral, tripsin kondisi basa)
16. Konsentrasi substrat, substrat yang banyak mula-mula memacu aktifitas enzim, tetapi kemudian menghambat karena: penumpukan produk (feed back effect)
17. Konsentrasi enzim, peningkatan konsentrasi enzim memacu aktifitasnya
18. Air, memacu aktifitas enzim
19. Vitamin, memacu aktifitas enzim

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai biokatalisator pada proses metabolisme, enzim memiliki beberapa cara kerja yaitu :
1. Model kunci dan gembok.
Pada model ini, enzim yang memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat dimisalkan sebagai gembok. Sedangkan substrat yang dapat berikatan secarra pas dengan sisi aktif enzim dimisalkan sebagai kunci.
2. Model ketepatan induksi.
Pada model ini, sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substrat. Gambar di bawah ini akan lebih menjelaskan mengenai mdel ketepatan induksi.


Laju reaksi enzim dalam proses metabolisme dapat dipercepat maupun diperlambat. Percepatan laju enzim biasanya dengan adanya aktivator, sedangkan senyawa yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Yang termasuk ke dalam contoh activator enzim adalah : ion Mg2+, Ca2+, dan zat organic seperti koenzim-A, sedangkan contoh dari inhibitor adalah CO, arsen, Hg, dan sianida.

 Ada beberapa macam inhibitor yang dapat menghambat kerja enzim, diantaranya adalah :
1. Pada inihibisi kompetitif, inhibitor dan substrat berkompetisi untuk berikatan dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip dengan substrat asli enzim. Sebagai contoh, metotreksat adalah inihibitor kompetitif untuk enzim dihidrofolat reduktase. Kemiripan antara struktur asam folat dengan obat ini ditunjukkan oleh gambar di samping bawah. Perhatikan bahwa pengikatan inhibitor tidaklah perlu terjadi pada tapak pengikatan substrat apabila pengikatan inihibitor mengubah konformasi enzim, sehingga menghalangi pengikatan substrat. Pada inhibisi kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak berubah, namun memerlukan konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk mencapai kelajuan maksimal tersebut, sehingga meningkatkan Km.

2. Inhibitor tak kompetitif.
Pada inhibisi tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim bebas, namun hanya dapat dengan komples ES. Kompleks EIS yang terbentuk kemudian menjadi tidak aktif. Jenis inhibisi ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada enzim-enzim multimerik.




3. Inhibitor non kompetitif.
Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama substrat berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetaplah sama.
4. Inhibitor campuran.
Inhibisis jenis ini mirip dengan inhibisi non-kompetitif, kecuali kompleks EIS memiliki aktivitas enzimatik residual.
Inhibito Tu penghambatan enzim biasanya berfungsi dalam proses pembuatan obat-obatan.

Enzim biasanya diberi nama sesuai dengan nama substratnya, hanya ditambah dengan akhiran –ase. International Union of Biochemistry membuat system nama yang lebih panjang, deskriptif, dan baku untuk semua enzim yang peranannya sudah jelas. Sebagai contoh sitokrom oksidase diberi nama sebagai sitokrom c, O¬¬2 oksidoreduktase, menunjukkan bahwa jenis sitokhrom yang berperan sebagai donor electronnya adalah tipe c, dan O2 berperan sebagai penerima electron.
Tujuh kelas utama enzim berdasarkan jenis reaksi yang dipacu oleh enzim.
Klas Tipe reaksi
Oksidoreduktase
(nitrat reduktase) memisahkan dan menambahkan elektron atau hidrogen
Transferase
(Kinase) memindahkan gugus senyawa kimia
Hidrolase
(protease, lipase, amilase) memutuskan ikatan kimia dengan penambahan air
Liase
(fumarase) membentuk ikatan rangkap dengan melepaskan satu gugus kimia
Isomerase
(epimerase) mengkatalisir perubahan isomer
Ligase/sintetase
(tiokinase) menggabungkan dua molekul yang disertai dengan hidrolisis ATP
Polimerase
(tiokinase) menggabungkan monomer-monomer sehingga terbentuk polimer
Terdapat lima cara utama aktivitas enzim dikontrol dalam sel.
1. Produksi enzim (transkripsi dan translasi gen enzim) dapat ditingkatkan atau diturunkan bergantung pada respon sel terhadap perubahan lingkungan. Bentuk regulase gen ini disebut induksi dan inhibisi enzim. Sebagai contohnya, bakteri dapat menjadi resistan terhadap antibiotik seperti penisilin karena enzim yang disebut beta-laktamase menginduksi hidrolisis cincin beta-laktam penisilin. Contoh lainnya adalah enzim dalam hati yang disebut sitokrom P450 oksidase yang penting dalam metabolisme obat. Induksi atau inhibisi enzim ini dapat mengakibatkan interaksi obat.
2. Enzim dapat dikompartemenkan, dengan lintasan metabolisme yang berbeda-beda yang terjadi dalam kompartemen sel yang berbeda. Sebagai contoh, asam lemak disintesis oleh sekelompok enzim dalam sitosol, retikulum endoplasma, dan aparat golgi, dan digunakan oleh sekelompok enzim lainnya sebagai sumber energi dalam mitokondria melalui β-oksidasi.
3. Enzim dapat diregulasi oleh inhibitor dan aktivator. Contohnya, produk akhir lintasan metabolisme seringkali merupakan inhibitor enzim pertama yang terlibat dalam lintasan metabolisme, sehingga ia dapat meregulasi jumlah produk akhir lintasan metabolisme tersebut. Mekanisme regulasi seperti ini disebut umpan balik negatif karena jumlah produk akhir diatur oleh konsentrasi produk itu sendiri. Mekanisme umpan balik negatif dapat secara efektif mengatur laju sintesis zat antara metabolit tergantung pada kebutuhan sel. Hal ini membantu alokasi bahan zat dan energi secara ekonomis dan menghindari pembuatan produk akhir yang berlebihan. Kontrol aksi enzimatik membantu menjaga homeostasis organisme hidup.
4. Enzim dapat diregulasi melalui modifikasi pasca-translasional. Ia dapat meliputi fosforilasi, miristoilasi, dan glikosilasi. Contohnya, sebagai respon terhadap insulin, fosforilasi banyak enzim termasuk glikogen sintase membantu mengontrol sintesis ataupun degradasi glikogen dan mengijinkan sel merespon terhadap perubahan kadar gula dalam darah.[64] Contoh lain modifikasi pasca-translasional adalah pembelahan rantai polipeptida. Kimotripsin yang merupakan protease pencernaan diproduksi dalam keadaan tidak aktif sebagai kimotripsinogen di pankreas. Ia kemudian ditranspor ke dalam perut di mana ia diaktivasi. Hal ini menghalangi enzim mencerna pankreas dan jaringan lainnya sebelum ia memasuki perut. Jenis prekursor tak aktif ini dikenal sebagai zimogen.
5. Beberapa enzim dapat menjadi aktif ketika berada pada lingkungan yang berbeda. Contohnya, hemaglutinin pada virus influenza menjadi aktif dikarenakan kondisi asam lingkungan. Hal ini terjadi ketika virus terbawa ke dalam sel inang dan memasuki lisosom.

makalah taksonomi tumbuhan

Suku Orchidaceae
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata Kuliah : Taksonomi Phaneorgame
Dosen : Novianto Muspiroh MP
















Di Susun Oleh :
Muasromatul Azizah (07460899)
Bilogi C/V


DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
CIREBON 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

B. Rumusan Masalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Suku Orchidaceae.
 Kelompok tumbuhan berbiji tertutup, atau yang biasa kita kenal dengan Angiospermae atau Magnoliophyta merupakan kelompok terbesar tumbuhan yang berada di daratan. Ciri khas dari tumbuhan angiospermae adalah memiliki bunga serta keping bijinya tertutup.
 Angiospermae memiliki dua kelas, yaitu Maghnoliopsida (dikotil), dan Liliophyta (monokotil). Masing-masing kelas tersebut memiliki beberapa anak kelas dan memiliki banyak suku, dan ribuan jenis spesies yang tersebar di muka bumi ini.
 Salah satu suku dari Kelas Liliopsida adalah Suku Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan) yang memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas tersendiri, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Merupakan tumbuhan berbunga dengan jenis terbanyak.
2. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika, tetapi ada beberapa jenis anggrek yang dapat hidup di daerah beriklim sedang.
3. Anggrek tidak dapah hidup di gurun, karena system perakarannya yang serabut dan tidak intensif, serta ketidakmampuannya dalam menghadapi cahaya matahari secara langsung.
4. Jenis anggrek yang hidup di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi untuk beradaptasi terhadap musim dingin agar tahan menghadapi tekanan ketersediaan air.
5. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Tetapi ada juga kelompok yang bersifat saprofit dengan memanfaatkan medium dari daun-daun kering serta kayu yang telah melapuk dan membusuk sebagai media untuk tumbuhnya.
6. Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen) dengan kandungan air yang tinggi berfungsi untuk beradaptasi terhadap tekanan ketersediaan air.
7. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan tumbuhan lain. Oleh karena itu, anggrek yang biasanya dijadikan sebagai tanaman hias lebih suka berada di ruangan.
8. Akarnya serabut, dan tidak dalam. Jenis-jenis anggrek epifit mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang pohon tempatnya tumbuh untuk melakukan pertukaran-pertukaran zat.
9. Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah ("anggrek tanah") batangnya pendek dan cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan.
10. Pertumbuhan batang dapat bersifat "memanjang" (monopodial) atau "melebar" (simpodial), tergantung genusnya.
11. Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, daunnya dapat juga di jadikan sebagai penyimpanan air.
12. Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun.
13. Bunganya simetri bilateral. Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut tepal).
14. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari berbentuk cakram kecil (disebut "pollinia") dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh serangga penyerbuk (atau manusia untuk vanili) dan membawa serbuk sari ke mulut putik.
15. Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping.
16. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan; bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan.

B. Klasifikasi Suku Orchidaceae.
 Suku orchidaceae merupakan jenis tumbuhan bunga terbanyak di dunia karena banyak sekali jenis-jenis baru yang dapat dihasilkan dari persilangan. Karena keindahan bunganya, pembudidayaan anggrek berkembang cukup pesat, dengan melakukan persilangan-persilangan antar spesies sehingga menghasilkan jenis-jenis yang baru. Dari sekian banyak jenis anggrek yang terdapat di belahan bumi, ada beberapa genus anggrek hias yang telah populer di kalangan masyarakat pecinta tanaman hias, genus-genus yang popular tersebut diantaranya adalah :
1. Cattleya, bunganya besar dan spektakuler, namun sulit dipelihara.
2. Dendrobium, tanaman hias paling populer dari antara jenis-jenis anggrek.
3. Grammatophylum, anggotanya termasuk anggrek Papua raksasa.
4. Oncidium, termasuk di dalamnya anggrek "golden shower".
5. Phalaenopsis, kepopulerannya mendekati Dendrobium. Anggrek bulan adalah salah satu jenisnya.
6. Spathyphyllum, anggrek tanah.
7. Vanda, biasanya sebagai bunga potong.
 Dari beberapa genus anggrek yang telah populer di masyarakat seperti yang telah dituliskan di atas, berikut ini adalah klasifikasi dari beberapa spesies anggrek.

Kingdom : Plantae
Divisio : Maghnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Familia : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies :Dendrobium phalaenopsis
 Dendrobium atau yang lebih sering kita kenal dengan anggrek bulan (di Maluku disebut anggrek Larat, karena pertama kali ditemukan di pulau Larat). Anggrek bulan merupakan tanaman hias yang paling diminati. Anggrek bulan tumbuh baik di daerah panas, pada ketinggian antara 0 - 150 m dpl. Di pulau Larat, tumbuhnya pada pohon-pohonan dan karang-karangan kapur yang cukup mendapat sinar matahari. Di pegunungan, tumbuhnya tidak begitu baik, jenis anggrek ini terdapat di Maluku, Irian Jaya, sampai Quensland Australia.
 Anggrek jenis ini memiliki beberapa ciri khas, diantaranya adalah warnanya yang selalu berkisar antara ungu pucat sampai ungu tua. Belum ditemukan adanya anggrek jenis ini yang berwarna putih. Jenis anggrek ini memiliki ketahanan yang bagus, bunganya mampu bertahan selama 27 hari.

Kingdom : Plantae
Divisio : Maghnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : -
Familia : Orchidaceae
Genus : Vanilla
Spesies : Vanilla plafinolia
 Jenis anggrek ini, juga merupaan jenis anggrek yang banyak diminati karena selain bisa digunakan sebagai tanaman hias, anggrek ini juga memiliki banyak sekali manfaat. Persilangan jenis Vanilla plafinolia harus dilakukan dengan bantuan manusia jika ingin menghasilkan buah, karena serangga tidak mampu membantu penyerbukannya.

Kingdom : Plantae
Divisio : Maghnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : -
Familia : Orchidaceae
Genus : spathyphyllum
Spesies : Spathyphyllum sp
 Jenis anggrek ini, adalah jenis anggrek yang hidup di tanah. Tidak seperti anggrek kebanyakan yang hidup sebagai epifit dan memperoleh nutrisi dari tanaman yang menjadi tuan rumah atau inangnya, anggrek jenis ini memperoleh makanan dengan memanfaatkan media yang berupa daun-daun kering atau kayu-kayu lapuk yang telah membusuk menjadi humus. Selain itu, anggrek yang hidup di tanah biasanya batangnya pendek dan tumbuh menyamping (pendek dan lebar) menyerupai umbi.
 Anggrek jenis ini dapat tumbuh baik di daerah yang beriklim sedang. Pembentukan umbi yang terjadi pada jenis angrek ini juga merupakan hasil adaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan "berdaging" (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air.
 Selain beberapa anggrek yang telah dijelaskan klasifikasinya, dibawah ini ada beberapa gambar dari jenis-jenis spesies anggrek :




 

 

 

C. Manfaat Suku Orchidaceae.
 Tanaman bunga dari suku orchidaceae atau anggrek-anggrekan yang terdiri dari begitu banyak jenis dan spesies, memiliki banyak sekali manfaat untuk manusia. Selain digunakan sebagai tanaman hisa (khususnya genus Dendrobium) karena bentuknya yang sangat indah dan beraneka ragam, anggrek juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan.
 Pemanfaatan anggrek sebagai bahan pengobatan dengan tumbuhan, telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu. Anggrek berperan penting dalam pengembangan tekhnik pengobatan dengan menggunakan tumbuhan, sebagai bahan baku pembuatan ramuan-ramuan bahkan salah satu mitos dari suatu negara mempercayai anggrek sebagai bahan baku utama dalam pembuatan ramuan cinta.
 Bahkan, anggrek sering dikait-kaitkan dengan hal-hal yang bersifat mitos sepereti yang terjadi di beberapa bangsa. Mereka memiliki keyakinan dan kepercayaan yang berbeda terhadap pengindraan anggrek. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai symbol kejantanan, sedangakan bangsa Tiongkok menggunakan anggrek sebagai bahan baku pembuatan ramuan yang dapat mengeluarkan aroma harum pada tubuh seseorang. Konon, ramuan ini sering digunakan oleh kaisar Tiongkok.
 Melihat manfaat anggrek yang begitu banyak, pada abad ke-18 pembudidayaan anggrek telah dilakukan diseluruh dunia termsuk Indonesia. Pembudidayaan anggrek memiliki banyak sekali keuntungan karena selain banyak peminatnya yang menggunakan anggrek sebagai tanaman hias, harga tanaman ini juga relative mahal untuk jenis-jenis anggrek tertentu.

Referensi:

1. Anonim. 2008. Jenis-jenis Orchidaceae (anggrek). http://iguidepost.blogspot.com/2008/05/jenis-jenis-orchidaceae-anggrek.html. download 06 Nopember 2009.
2. Anonim. 2008. Tumbuhan Berbiji Tertutup.
http://id.wiki.detik.com/wiki/Flowering_plant. download 06 Nopember 2009.
3. Anonim. 2009. Orchidaceae. http://id.wiki.detik.com/wiki/Orchidaceae. download 06 Nopember 2009.
4. Anonim. 2009. Daftar Marga Anggota Orchidaceae.
http://wapedia.mobi/id/Daftar_marga_anggota_Orchidaceae. download 06 Nopember 2009.
5. Anonim. 2009. Tumbuhan Monokotil.
http://chestergirl.wordpress.com/2009/04/03/tumbuhan-monokotil/. Download 06 Nopember 2009.
6. Campbell, Neil A. Et al; Biologi CampbellRecee-Metchell, jilid 2, Erlangga, Jakarta : 2003.

makalah pendidikan ilmu lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Lingkungan merupakan suatu tatanan ruang yang melingkupi maklhuk hidup. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup ataupun hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam mata kuliah ekologi, kita berkepentingan untuk mengetahui interaksi yang terjadi dalam suatu ekosistem.
Pada pengamatan kali ini, kami melakukan pengamatan di kawasan hutan pinus di daerah Palutungan Kuningan untuk mengamati komponen-kompoenen yang terdapat di kawasan tersebut baik itu komponen biotik, maupun komponen abiotiknya. Sehingga dapat diamati adanya interaksi yang terjalin di kawasan tersebut.
Selain untuk mengetahui komponen yang ada di kawasan tersebut, kami melakukan pengamatan ini juga untuk mengetahui bentuk pola-pola interkasi yang terjadi antara suatu jenis makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya, hingga terbentuknya suatu system hubungan yang saling terkait. Hubungan tersebut bisa berupa hubungan yang saling menguntungkan, hubungan yang menguntungkan untuk salah satu saja sedangkan yang lainnya tidak terpengaruh, atau hubungan yang menguntungkan bagi satu pihak dan merugikan bagi pihak yang lainnya. Setelah kita mengetahui pola interaksi yang terjadi, maka dampak dari hubungan atau interaksi tersebut dapat kita ketahui juga.

B. Tujuan.
1. Untuk dapat mendeskripsikan karakteristik hutan pinus dan kawaan pertanian yang ada di daerah Palutungan Kuningan.
2. Untuk dapat mendeskripsikan karakteristik kawasan sungai atau ekosistem sungai yang ada di daerah Palutungan Kuningan.
3. Untuk dapat mengidentifikasi pola interaksi pada ekosistem yang berada di lokasi pengamatan (kawasan pinus, pertanian, dan perairan) yang ada di daerah Palutungan Kuningan.

C. Tugas Observasi.
1. Mengidentifikasi karakteristik hutan pinus, karakteristik meliputi lingkungan alamiah, seperti struktur tumbuhan tingkat rendah dan tingkat tinggi, dominasi hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi.
2. Mengidentifikasi karakteristik kawasan pertanian, karakteristik meliputi lingkungan alamiah, seperti struktur tumbuhan tingkat rendah dan tingkat tinggi, dominasi hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi.
3. Mengidentifikasi pola interaksi yang terjadi pada ekosistem :
a. Hutan pinus
b. Pertanian
c. Sungai/perairan (kolam, situ, dll yang ditemukan saat observasi)
d. Perbukitan
e. Pemukiman
4. Memprediksi dan mempresentasikan mengenai keragaman :
a. Jenis
b. Kepadatan
c. Dominasi











BAB II
HASIL OBSERVASI

A. Kawasan Pemukiman.
Pada kegiatan observasi kali ini, kami mengambil lokasi di kawasan Palutungan yang berada di Kuningan. Observasi yang pertama kali kami lakukan adalah di kawasan pemukiman yang ada di daerah Palutungan, karena kawasan pemukiman lokasinya berada di daerah paling bawah. Berdasarkan dari pengamatan yang telah kami lakukan populasi atau kepadatan penduduk disana relative tinggi dengan luas kawsan atau lokasi yang tidak terlalu luas. Pada saat kami melakukan perjalanan di sekitar kawasan pemukiman, bangungan-bangunan rumah penduduk berdiri rapat. Saluran pembuangan limbah rumah tangga mereka yang berupa limbah cair dibuang melalui sebuah parit kecil. Parit kecil tersebut mengalir dari atas bukit sampai ke pemukiman, karena digunakan juga sebagai irigasi untuk mengairi lahan pertanian mereka. Di bawah ini adalah gambar sebuah parit kecil tempat pembuangan limbah warga.

 
Parit kecil penuh sampah Parit dekat areal pertanian

Di kawasan pemukiman, kami menemukan adanya beberapa jenis rumput, serta banyak sekali terdapat jenis tanaman hias yang di tanam di pekarangan rumah seperti mawar, dan jenis bunga-bunga lainnya. Selain itu, kami juga melihat adanya beberapa spesies hewan tingkat rendah seperti kaki seribu di sepanjang jalan kami menyusuri kawasan pemukiman. Ada sekitar tiga sampai empat ekor kaki seribu yang kami temui.
Sebagian besar warga yang tinggal disana bekerja sebagai petani dengan mengolah lahan-lahan pertanian yang berada di sekitar kawasan hutan dengan membuat pesawahan terasering. Selain sebagai petani, ada juga sebagian warga yang memiliki mata pencaharian sebagai peternak, dengan membuat peternakan sapi kecil-kecilan. Dari setiap peternakan yang kami jumpai, hanya ada beberapa ekor sapi saja. Dari peternakan tersebut mereka mengolah susunya untuk dijadikan susu murni.
Dari pengamatan yang kami lakukan, tingkat pencemaran yang terjadi di kawasan pemukiman tidak terlalu parah, meskipun ada beberapa pencemaran yang berasal dari limbah-limbah yang dihasilkan dari produksi rumah tangga, tapi tingkat pencemarannya masih sangat rendah dan kondisi alamnya yang masih asri dan hijau mampu menetralisir pencemaran yang ada.

B. Kawasan Pertanian.
Kawasan pertanian di daerah Palutungan terhampar di kanan kiri jalan setapak menuju hutan pinus. Bahkan kawasan pertanian telah merambah ke dalam hutan. Persawahan yang ada merupakan jenis sawah terasering sesuai dengan kondisi tanah yang tidak rata. Jenis-jenis tanaman yang ditanam di lahan pertanian berupa kol, jagung, tomat, wortel, brokoli, labu, talas, dan kentang. Tetapi, jenis tanaman yang mendominasi adalah tanaman wortel. Hampir di setiap lokasi ditemukan lahan yang ditanami wortel, baik di dataran renda, di dalam hutan, bahkan diperbukitan ditemukan adanya lahan yang ditanami wortel.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan petani disana, lahan-lahan pertanian yang ada disana hampir selalu bisa digunakan untuk bercocok tanam kapanpun, karena air selalu tersedia dari pegunungan. Tidak seperti kawasan pertanian yang berada di daerah pantai atau dataran rendah, biasanya ada musim-musim tanam yang dilakukan saat musim penghujan agar ada pengairan untuk mengairi sawah. Sedangkan di daerah Palutungan irigasi langsung dari pegunungan dengan menggunakan saluran berupa parit-parit kecil untuk mengairi sawah-sawah yang ada di sekitar pegunungan.
Menurut petani, tanaman tomat yang ditanam disana biasanya dapat di panen setelah tiga bulan, dan bagian samping tanaman tomat harus di potong agar tanaman dapat tumbuh tinggi. Sedangkan wortel dan kentang yang merupakan jenis tanaman umbi waktu tanam hingga panennya memerlukan waktu kurang lebih empat bulan.
Hewan-hewan yang terdapat di kawasan pertanian adalah ulat, insecta, dan cacing. Pola interaksi yang terjadi di kawasan pertanian adalah simbiosis mutualisme yang terjadi antara cacing tanah dengan tanaman pertanian merupakan simbiosis mutualisme, dimana kedua pihak saling diuntungkan. Cacing mencerna tanah dimana tumbuhan itu di tanam untuk proses metabolismenya, tanah hasil metabolisme cacing akan dikeluarkan dan menjadi lebih gembur dari sebelumnya serta mengandung lebih banyak humus, sehingga tanaman yang ditanam di atas tanah gembur tersebut menjadi lebih subur.
Pola interaksi yang terjadi antara tanaman pertanian dengan ulat adalah simbiosis parasitisme dimana satu pihak memperoleh keuntungan sedangkan pihak yang lain mengalami kerugian. Disini, ulat mendapat keuntungan karena mendapatkan makanannya dari daun-daun tanaman pertanian, sedangkan tanaman pertanian akan mati setelah daunnya habis dimakan ulat karena tidak dapat berfotosintesis dengan sempurna, sehingga pertumbuhannya akan terhambat dan akan mengalami kematian. Ulat merupakan contoh ektoparasit, karena parasit ini berada diluar tubuh inangnya. Seperti halnya pola interaksi yang terjadi antara tanaman pertanian dengan hama wereng merupakan simbiosis parasitisme.

C. Kawasan Perairan.
Kawasan perairan yang berda di daerah Palutungan merupakan parit-parit kecil yang mengalir dari pegunungan hingga ke daerah pemukiman. Aliran air yang masih berada di sekitar hutan masih sangat terjaga kualitasnya. Airnya masih bersih dan jernih, di areal pertanian air yang mengalir di parit sudah sedikit keruh karena telah terkontaminasi oleh limbah yang dihasilkan dari zat-zat kimia seperti disinfektan, insektisida, dan herbisida, di arelah pemukiman, air yang mengalir di parit tersebut semakin keruh dan berwarna kehitaman di dasarnya, hal itu dikarenakan air tersebut telah terkontaminasi oleh limbah pencemaran yang berasal dari limbah domestic berupa limbah rmah tangga seperti sisa-sisa detergen.
Kawasan perairan di air terjun lebih asli. Air yang mengalir masih sangat jernih, dan banyak sekali terdapat jenis lumut di bagian batu-batu yang ada di sekitar kawasan air terjun. Hanya saja, kami tidak melihat adanya aktifitas kehidupan ikan disana, hal ini mungkin dikarenakan perairan tersebut sangat dangkal. Kedalamannya hanya sekitar 0,5 meter. Di bagian samping-sampingnya terdapat bebatuan yang berumut, dibagian dasarnya terdapat bebatuan kecil atau kerikil-kerikil serta pasir, selain itu wilayah perairan tersebut sering sekali di masuki oleh pengunjung.
Ada beberapa pola interaksi yang terjadi di kawasa perairan, diantaranya yang dapat kami lihat adalah simbiosis komensalisme antara air, bebatuan, dan komunitas tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut memanfaatkan bebatuan yang lembab yang berada di kawasan tesebut untuk tumbuh dan bertahan hidup.

D. Kawasan Hutan Pinus.
Kawasan hutan pinus yang ada di daerah Palutungan sebenarnya merupakan jenis hutan heterogen, hanya saja tingkat keanekaragaman hayati yang ada disana masih sangat rendah. Di sepanjang jalur pendakian yang kami lakukan, yang kami temui sebagian besar adalah tanaman pinus yang menjulang tinggi. Ada beberapa tumbuhan pakis haji yang kami temui. Selain itu, kawasan hutan yang kami lalui ada beberapa kawasan yang telah mengalami perakihan fungsi dari fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Di kkawasan hutan kami sering sekali menemui adanya lahan yang di tanamai kentang dan wortel. Tanaman wortel sangat mendominasi. Sehingga jumlah pepohonan besar tidak semakin banyak. Padahal, apabila dilihat dari fungsinya, pepohonan besar jelas lebih unggul dalam menyerap dan menyimpan air jika dibandingkan dengan wortel yang perakarannya tidak terlalu kuat.
Selain itu, kawasan hutan yang kami lalui kurang ada pengawasan yang intensif. Kami melihat adanya beberapa kegiatan yang merusak kelestarian hutan seperti perubahan dari kawasan hutan menjadi lahan pertanian, penebangan pohon meski tidak dalam skala besar, tetapi tetap saja merupakan kegiatan perusakan kawasan hutan.
Di kawasan bukit pinus, selain pohon pinus (Pinus mercusii) yang mendominasi ada juga beberapa tanaman bunga seperti bunga mawar merah, bunga anggrek, bunga terompet dan terdapat beberapa pohon melinjo (Gnetum gnemon). Karena kawasan hutan ini merupakan kawasan hutan yang kelembabannya cukup tinggi, terdapat beberapa koloni lumut yang menempel di bagian batang pohon pinus.
Sedangkan keanekaragaman hewan yang terdapat di kawasan hutan tersebut sangat kecil. Karena sepanjang pendakian kami tidak menemukan adanya hewan-hewan tingkat tinggi seperti primata atau mammalia. Yang kami temui hanyalah beberapa jenis insecta (serangga, belalang, laba-laba, semut, dll) ada juga beberapa species dari kelas Annelida (cacing tanah), dan beberapa jenis hewan dari kelas Reptilia (ular, dan kadal).
Pola interaksi yang terjadi di kawasan hutan pinus adalah jenis simbiosis komensalisme antara tanaman pinus dengan tumbuhan lumut. Lumut memanfaatkan batang pinus yang lembab sebagai tempat tumbuhnya dan pemenuhan nutrisi untuk hidupnya, sedangkan pohon pinus tidak mengalami kerugian dan tidak mendapat keuntungan dari interaksi ini. Selain hubungan antara lumut dengan pinus, simbiosis komensalisme juga terjadi antara tumbuhan pinus dengan anggrek. Anggrek memanfaatkan batang pinus untuk menempelkan akarnya serta sebagai habitat hidupnya, tetapi pohon pinus tidak mengalami perubahan. Simbiosis parasitisme terjadi antara ulat dengan dedaunan. Ulat memanfaatkan daun untuk bahan makanannya dan tempat hidupnya, sedangkan tumbuhan yang dihinggapi atau ditinggali oleh ulat akan mengalami kerugian karena daun-daunnya rusak dan robek-robek sehingga tidak bisa berfotosintesis dengan sempurna sehingga proses pertumbuhannya menjadi terhambat.




























BAB III
MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Masalah.
1. Pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian.
2. Keanekaragaman hayatinya masih sangat kurang.
3. Jalan setapak untuk menyusuri kawasan hutan masih belum merata. Ada sebagian jalan yang dapat di lalui dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan ada sebagian jalan yang sangat terjal, berbatu dan curam sehingga sangat sulit dan berbahaya untuk dilalui.

B. Pemecahan Masalah.
1. Untuk mengatasi masalah pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan yang lebih intensif agar warga disekitar hutan tidak sembarangan membabat hutan dan merubahnya menjadi lahan pertanian, memberikan sanksi yang jelas apabila ada warga yang melanggar. Selain itu, adanya penyuluhan pada warga sekitar tentang pentingnya menjaga tumbuhan-tumbuhan tinggi dan besar di dalam hutan juga merupakan komponen yang sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran warga masyarakat agar sadar kalau air hujan yang turun dapat di tahan dan disimpan oleh perakaran tumbuhan tingkat tinggi yang berakar tunggang dan besar. Sehingga apabila hujan tidak terjadi banjir, dan tanah longsor. Sedangkan apabila kemarau datang, tidak terjadi kekeringan.
2. Untuk mengatasi tingkat keanekaragaman hayati yang masih sangat rendah, kita dapat menambah jenis makhlukhidup yang ada dengan melakukan penanaman dan pemeliharaan.
3. Membangun jalan setapak yang khusus disediakan untuk pendaki dan jalan yang digunakan untuk pengendara sepeda motor seperti yang ada di daerah batu radendan taman nasional gunung gede pangrango.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.
Daerah Palutungan merupakan suatu kawasan hutan wisata dari taman nasional Gunung Ciremai. Kawasan Palutungan terdiri dari kawasan pemukiman, pertanian, perairan, dan hutan. Kawasan pemukiman yang berada di sekitar daerah Palutungan merupakan kawasan padat penghuni, kawasan pemukimannya memang menempati lokasi yang sangat sempit dengan jumlah penduduk yang relatif banyak. Hal ini dapat dilihat dari kepadatan rumah yang dibangun di daerah pemukiman, sangat rapat.
Kawasan pertanian biasanya ditanami tanaman pangan seperti jagung, kentang, wortel, dan berbagai macam tanaman sayuran seperti kol, sawi putih dan sawi hijau, brokoli, dll. Kawasan hutannya merupakan hutan heterogen meskipun keanekaragaman hayati di kawasan tersebut masih sangat rendah. Hanya beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang ada di kawasan hutan tersebut, seperti : pinus, pakis haji, melinjo, dan beberapa tanaman bunga. Tanaman tingkat rendah yang kami temui adalah jenis lumut-lumutan dan beberapa jenis tanaman paku-pakuan.
Jenis hewan yang kami temui lebih sedikit lagi. Kami tak menemukan hewan primata atau mammalia, yang kami temukan hanya hewan-hewan insecta, beberapa jenis Annelida (cacing tanah), dan Reptilia (Ular dan Kadal).
 Keanekaragaman hayati di Palutungan sangat jauh lebih sedikit apabia dibandingkan dengan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau Taman Nasional Batu Raden. Pengelolaanya juga masih memerlukan banyak perbaikan.

B. Saran.
Bentuk sistem pengawasan yang lebih terhadap pengalihan hutan yang sering dilakukan oleh warga sekitar hutan. Menambah keanekaragaman hayati di kawasan hutan, sehingga yang kami temui bukan hanya tanaman pinus-dan pinus saja.